Makna Kalimat "Wi wok de tok not onli tok de tok"
“Wi wok de tok not onli tok de tok”, Kalimat ini merujuk pada versi misheard dari ucapan “We walk the talk, not only talk the talk” yang disampaikan oleh Presiden Indonesia ke-7, Joko Widodo, saat menghadiri acara Hannover Messe 2023 di Hanover, Jerman. Karena pengucapannya yang terdengar unik, pernyataan tersebut menjadi populer dan dijadikan berbagai meme oleh netizen.
![]() |
"Wi Wok De Tok Not Onli Tok De Tok" |
Pada tanggal 16 April 2023, Presiden Joko Widodo menghadiri pembukaan acara Hannover Messe 2023, sebuah pameran teknologi industri terbesar di dunia. Dalam kesempatan tersebut, Presiden menyampaikan pidato mengenai transisi Indonesia menuju energi baru dan terbarukan, termasuk rencana untuk menutup seluruh pembangkit listrik tenaga uap pada tahun 2050. Salah satu bagian pidatonya yang menarik perhatian publik adalah ketika beliau mengucapkan kalimat “We walk the talk, not only talk the talk” dengan logat yang dirasa tidak biasa.
Keesokan harinya, video pidato tersebut diunggah oleh akun YouTube resmi Sekretariat Kabinet RI. Tak berselang lama, video ini menjadi viral pada tahun 2025 dan memunculkan berbagai versi parodi. Contohnya, pada 4 April 2025, fan page Facebook “Nazar” mengunggah video yang menggabungkan pidato tersebut dengan teks seolah-olah Presiden bertindak sebagai “guru bahasa Inggris”. Kemudian, pada 18 April 2025, akun Instagram @mem_es.id mengunggah video seekor kuda yang sedang “diwawancarai”, lalu disisipkan suara Jokowi yang telah diedit mengucapkan kalimat tersebut, menambah kesan humor yang absurd dan menghibur. (Sumber : Fanpage Know Your Meme Indonesia Unofficial)
Namun, di balik semua parodi yang beredar, sebenarnya terdapat makna yang cukup dalam dari kalimat yang diucapkan.
Antara Kata dan Tindakan
Kalimat “We walk the talk, not only talk the talk” memiliki makna bahwa seseorang atau institusi tidak hanya menyampaikan pernyataan atau janji, tetapi juga membuktikannya melalui tindakan nyata. Dalam konteks kepemimpinan, bisnis, maupun kehidupan profesional, ini merupakan prinsip integritas yang sangat penting.
Sering kali ditemukan situasi di mana pihak tertentu dengan mudah melontarkan janji atau rencana besar, namun realisasinya tidak kunjung terlihat. Kalimat ini menjadi penegas bahwa kredibilitas hanya bisa dibangun ketika tindakan sejalan dengan ucapan.
Sebagai contoh, sebuah organisasi yang menyatakan komitmennya terhadap keberlanjutan tidak cukup hanya mengusung slogan ramah lingkungan. Komitmen tersebut harus dibuktikan melalui implementasi program nyata seperti pengurangan limbah, penggunaan energi terbarukan, serta transparansi dalam pelaporan lingkungan.
Nilai Profesionalisme dan Konsistensi
Dalam dunia profesional, walk the talk mencerminkan sikap konsisten dan bertanggung jawab. Pemimpin yang menghargai waktu, misalnya, akan datang tepat waktu dalam setiap pertemuan. Seorang manajer yang mendorong budaya kerja kolaboratif, idealnya juga terlibat aktif dalam mendukung timnya, bukan sekadar memberi instruksi dari kejauhan.
Konsistensi antara perkataan dan perbuatan memperkuat integritas pribadi maupun institusional, sekaligus membangun kepercayaan dari rekan kerja, pelanggan, dan publik.
Mengapa Kalimat Ini Relevan?
Beberapa alasan mengapa prinsip ini patut dijadikan pedoman dalam dunia profesional:
-
Menumbuhkan Kepercayaan
Tindakan yang sesuai dengan ucapan menunjukkan bahwa individu atau organisasi layak dipercaya. -
Membangun Reputasi Positif
Profesional yang konsisten antara kata dan perbuatan akan dihormati dan menjadi panutan. -
Meningkatkan Efektivitas Tim
Pemimpin yang walk the talk dapat memotivasi tim lebih baik dibanding mereka yang hanya memberikan instruksi tanpa keteladanan. -
Menghindari Retorika Kosong
Dalam jangka panjang, ketidaksesuaian antara ucapan dan tindakan hanya akan menurunkan kredibilitas.
Penutup
Kalimat “We walk the talk, not only talk the talk” bukan hanya pernyataan yang viral karena penyampaiannya yang unik, tetapi juga membawa pesan yang kuat tentang integritas dan tanggung jawab. Di tengah maraknya wacana, janji, dan strategi komunikasi, tindakan nyata tetap menjadi tolok ukur utama dalam menilai kualitas individu maupun organisasi. Oleh karena itu, prinsip ini layak untuk dijadikan pedoman dalam membangun kredibilitas yang berkelanjutan.